Pages

Kamis, 27 Maret 2014

Manusia dan Penderitaan



          Soimah Pancawati atau yang lebih dikenal dengan nama Soimah merupakan artis multitalenta Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan penjual ikan Hadinarko dan Kasmiyati yang lahir pada 29 September 1980 di Pati, Jawa Tengah. Soimah adalah lima dari tujuh bersaudara. Keenam saudaranya antara lain Solihati, Solihin, Sofiah, Sofiatun, Nur Laila dan Sinta Fitriani. Soimah merupakan istri dari Herwan Prandoko. Pernikahan yang terlaksana pada 2002 telah dikaruniai dua orang putra yaitu Aksa Uyun Dananjaya dan Diksa Naja Naekonang. 

          Soimah melanjutkan pendidikan di kota budaya, Jogja. Kiprah seninya tak terbendung. Bahkan, ia pun melanglang ke panggung nasional. Meski namanya kian melejit, Soimah tak lantasberubah.


          Cerita mengenai Soimah yang memiliki tante, bernama MM Ngatini. Sang tante adalah seorang penari nyantrik yang berguru di padepokan tari Bagong Kussudiardjo, Yogyakarta. Tantenya termasuk murid kesayangan Pak Bagong pemilik sangar sekaligus gurunya. Tantenya pun menikah dengan Heru Handono Warih, keponakan dari sang guru. Sekarang, Tante jadi pelatih tari di padepokan tari yang kondang itu.

          Sang tante yang mengetahui bakat seninya semasa masih SD, lalu menyarankan agar ia melanjutkan pendidikan di Jogja saja, karena waktu itu ia masih kecil, ketika itu pun sang tante hanya berkata saja. Sampai suatu ketika, sang Ibu melahirkan adik bungsunya Sinta Fitriani tahun 1992. Sang tante yang saat itu belum dikaruniai momongan, ingin merawat Sinta. Semula, Ibunya menolak. Namun, jika tidak diperkenankan, Tantenya akan bunuh diri. Sang tante merasa putus asa karena sudah sembilan tahun menikah belum juga punya anak. Kehadiran Sinta diharapkannya jadi pancingan.

          Ibu Soimah pun memperkenankan dengan syarat, bila sang tante sudah punya anak, adiknya akan dikembalikan. Umur enam bulan, adik Soimah diboyong sang tante. Awalnya, Ibunya ikut ke Jogja karena belum bisa pisah dari Sinta. Belakangan memang benar, pancingan itu berhasil. Kini sang tante pun akhirnya punya dua anak. Begitulah ceritanya hingga sampai sekitar tiga tahun kemudian, Soimah tamat SMP tahun 1995. Sang tante pun tidak lupa hingga kembali menyarankan Soimah untuk meneruskan sekolah di Jogja. Ibunya pun mengizinkan, sekaligus Soimah bisa menemani sang adik.

          Mulailah ceritanya Soimah tinggal bersama sang tante di Dusun Kembaran, Kasihan, Jogja, berada satu kompleks dengan padepokan tari Pak Bagong. Sebenarnya, ia ingin masuk SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) jurusan tari. Namun, jurusan tari sudah penuh. Dari pada mesti menunggu setahun lagi, ia pun memutuskan masuk jurusan karawitan, untuk tari ia pun belajar di padepokan Pak Bagong.

          Di jurusan karawitan, Soimah belajar menabuh semua alat gamelan, mulai saron, bonang, demung, dan lain-lain. Kadang, di padepokan ia juga ikut menabuh gamelan, mengiringi para penari. Meski bukan cantrik , Soimah juga ikut belajar tari pada sang tante. Ceritanya Setiap jam 5 pagi, ia ikut para cantrik belajar olah tubuh. Teknik ini dipelajari agar tubuh terasa ringan, biar tak gampang capek saat menari. Cukup banyak tarian kreasi baru karya Pak Bagong yang dikuasainya. Bahkan, beberapa kali dirinya ikut pergelaran tari di berbagai acara, seperti Bhayangkara Emas dan Sea Games. Saat itu, sanggarnya sering dapat tanggapan menggelar acara tari kolosal.

          Selama di Jogja, aktivitas seninya memang kian terasah. Apalagi, sang tante rajin mendaftarkannya ikut berbagai lomba. ia pun sering jadi juara, seperti Juara 1 lomba nyanyi Bintang Karaoke Dangdut se Jateng-DIY, Juara 1 Bintang Televisi, dan Juara Dara Ayu. Cerita Soimah yang memiliki Kebisaan di berbagai bidang seni membuatnya dilirik kakak kelas untuk ikut pergelaran wayang. Baik sebagai penabuh gamelan maupun nembang. Beberapa kali ia pun ikut pentas bersama dalang wayang kulit Ki Sutono Hadisugito dan Ki Seno. Keduanya kini dikenal sebagai dalam walang kulit yang ngetop.

          Sungguh, Soimah merasa beruntung tinggal bersama sang tante yang amat mendukungnya. Adik dari sang ibunya pun selalu menyarankan agar Soimah bergaul dengan berbagai komunitas seni. Mulai teater, tari, ketoprak, sampai lukis. Selain itu, Soimah pernah diajak Otok Bima Sidharta, putra Pak Bagong yang juga musisi tradisional. Dia bikin kelompok kesenian Pek Bung. Ia akhirnya ikut menabuh alat musik dan menyanyi. Lalu, diajak Mas Jaduk Ferianto di Kua Etnika dan Sinten Remen. Ia Juga ikut akapela Mataraman yang dipimpin Mas Pardiman.

          Kemudian hari, Soimah juga tampil bersama Jogja Hiphop Foundation (JHF). Ini kelompok yang unik, yaitu rap dengan bahasa Jawa. Mas Marzuki sebagai ujung tombak hiphop mengajaknya tampil bersama. Kami tampil di berbagai acara seni di Jogja dan luar kota, bahkan sampai ke Singapura dan tampil di Amerika. Sosok Soimah Pancawati akhir-akhir ini sudah tidak asing lagi terlihat dimata penonton TV Nasional. Peran nya di berbagai acara baik itu sebagai sinden (penyanyi), pembawa acara, artis komedi (komedian) sangatlah dominan. Namun dibalik kepopuleran Soimah, wanita yang lahir di Pati, Jawa Tengah itu tetaplah profesional dan Rendah Hati.
 
          Melalui jogja hip hop foundation soimah menjalani tur dunia, yang ditujunya pertama kali adalah Amerika yang notabene menjadi kiblat entertaint dunia. sudah biasa menjadi negara yang dikunjunginya. tapi sebenarnya Amerika bukanlah cita-citanya. kini soimah telah menjadi presenter kocak,acara seger dan sedap malam di ANTV. Nama Soimah pun semakin dikenal masyarakat luas.

          Walau kini Soimah di sibukan dengan berbagai aktifitas, namun pribadi Soimah yang Ndeso tetap melekat. Fungsinya sebagai seorang ibu dan seorang istri ketika pulang ke rumah tetap ia lakukan. Ia dari SD sampe SMP hidup di Pati, waktu kecil ia bercerita suka gendong es balok dibagi tiga gendongan sejauh 200 meter. Ia pun kerja sampe malam, jam 3 pagi bangun lagi bantuin ibunya ke pasar, bersihin bau ikan. Sampe sekolah juga masih bau ikan, tangannya juga merah-merah karena ikan.

          Meski mengaku demikian, komedian yang khas dengan sanggulnya tersebut mengaku bahwa dia hanya menerapkan kemandirian ke anaknya supaya tidak manja. Anak Soimah sendiri berjumlah dua orang yang berusia 8 dan 5 tahun. Soimah pun selalu bersyukur, termasuk prestasi yang sudah diraihnya juga. Ada 7 penghargaan seperti nyanyi, nari, nembang rock atau melayu, India kayak Chaiya Chaiya versi Jawa dan Cina.

          Setelah saya membaca biografi Soimah tersebut saya jadi kagum dan bangga dengan semangat yang dia miliki. Dia selalu menekuni semua seni yang didapatkannya dari sanggar. Itu membuat saya ingat bahwa ketekunan dalam suatu pekerjaan akan menghasilkan hasil yang baik seperti yang diinginkan. Salah satu yang saya kagumi lagi dari sosok Soimah adalah karakternya saat di depan kamera. Dia sangat menjaga penampilannya dengan sopan dan tetap khas dengan komediannya yang berlogat jawa.

1 komentar: